Jumat 23 Oct 2020 06:03 WIB

Pemkab Badung Gencarkan Gerakan Literasi untuk Anak-anak

Perlu dipupuk agar anak-anak menyadari bahwa membaca itu suatu kegiatan menyenangkan.

Sekelompok santri mencoba berlajar dengan membaca buku di perpustakaan (ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Sekelompok santri mencoba berlajar dengan membaca buku di perpustakaan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Badung, Bali, terus menggencarkan gerakan literasi di kalangan anak-anak. Salah satunya dengan melalui literasi di usia dini dengan kegiatan story telling dan read aloud.

"Story telling atau bercerita sebenarnya adalah salah satu bentuk pengajaran yang sudah ada sejak dulu. Sedangkan read aloud atau membaca nyaring merupakan salah satu cara bercerita menggunakan buku kepada anak-anak," ujar Plt Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Badung Made Agus Aryawan di Mangupura, Badung, Kamis (22/10).

Baca Juga

Ia mengatakan, melalui cerita biasanya anak dengan anak lain dapat saling berkomunikasi. Selain itu, melalui cerita orang dewasa dapat berkomunikasi dengan anak-anak. Cerita juga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu anak dan menjawab rasa penasaran mereka akan berbagai macam hal.

"Story telling tidak harus menggunakan buku. Story telling dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun dan dengan media buku maupun tidak. Story telling memiliki banyak sekali manfaat untuk perkembangan anak-anak," katanya.

Agus Aryawan menjelaskan, untuk kegiatan membaca nyaring dilakukan karena dapat membangun banyak keterampilan, termasuk menambah kosakata, menstimulasi imajinasi anak, menunjukkan cara membaca yang baik dan ekspresif. Serta membuat anak-anak menyadari bahwa membaca adalah suatu kegiatan yang menyenangkan.

Membaca nyaring menurutnya juga merupakan salah satu kegiatan penunjang kesiapan anak-anak dalam belajar membaca dan menulis. Dengan membaca nyaring, anak-anak lebih mudah memahami perbedaan kata, susunan kalimat, fungsi tanda baca, perbedaan bentuk huruf dan simbol-simbol dan lainnya.

"Dengan begini anak-anak dapat mengembangkan kemampuan berbahasa mereka, kemampuan mendengar aktif, mengembangkan rasa ingin tahu dan secara umum mengembangkan kemampuan literasi anak-anak," ungkapnya.

Ia menambahkan, budaya literasi tidak dapat dilepaskan dalam mewujudkan generasi hebat pada masa mendatang. Pihaknya selaku Dinas Kearsipan dan Perpustakaan setempat juga memiliki tantangan dalam upaya menumbuhkan budaya literasi.

"Tantangan perpustakaan di masa depan adalah bagaimana budaya literasi dimulai sejak dini, menjadi tonggak dan dasar dalam mewujudkan budaya literasi itu sendiri. Untuk itu dibutuhkan komitmen yang kuat, kerja sama internal dan eksternal serta ide kreatif untuk menerapkan strategi transformasi perpustakaan berbasis inklusi," ujar Agus Aryawan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement