Rabu 24 Jun 2020 23:16 WIB

Doni Minta Jatim Kaji Penyebab Tingginya Angka Kematian

Angka kematian yang disebabkan Covid-19 di Jatim mencapai 750 kasus.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo (kanan) mengikuti rapat kerja bersama Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Rapat kerja tersebut membahas pembicaraan pendahuluan RAPBN Tahun Anggaran 2021, RKP 2021 dan evaluasi kinerja BNPB tahun 2020.
Foto: ANTARA/PUSPA PERWITASARI
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo (kanan) mengikuti rapat kerja bersama Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Rapat kerja tersebut membahas pembicaraan pendahuluan RAPBN Tahun Anggaran 2021, RKP 2021 dan evaluasi kinerja BNPB tahun 2020.

REPUBLIKA.CO.ID,SURBAYA -- Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo meminta Jawa Timur lebih fokus membuat kajian dan memetakan seluruh permasalahan yang menjadi pemicu tingginya angka kematian di wilayah setempat.

"Perlu dilakukan kajian yang menjadi penyebab utamanya," ujar Doni di sela menyampaikan sambutan pada Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 dengan Forkopimda Jatim di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Rabu petang (24/6).

Menurut dia, kajian dan pemetaan akan menjadi dasar awal untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan dan kebijakan penanganan sesuai kondisi dan kebutuhan setiap wilayah.

Berdasarkan catatan gugus tugas pusat, angka penambahan kasus Covid-19 di Jawa Timur semakin tinggi dan menyusul wilayah DKI Jakarta, bahkan angka kematiannya tertinggi se-Tanah Air. Sesuai data per Rabu pukul 12.00 WIB, di Jatim angka kematian yang disebabkan Covid-19 mencapai 750 kasus, sedangkan DKI Jakarta 602 kasus.

Selain itu, ia meminta agar Pemprov Jatim segera mengambil langkah serius untuk memutus penyebaran Covid-19 melalui beberapa pendekatan masyarakat, salah satunya dimulai dari peran para anggota keluarga.

Ini, kata dia, menyusul adanya paparan dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengenai munculnya klaster baru di wilayah setempat, yakni "klaster jenazah".

Doni yang juga kepala BNPB tersebut berharap agar peningkatan kapasitas dan pemahaman masyarakat dalam penanganan jenazah Covid-19 harus ditingkatkan sehingga tidak ada lagi upaya pengambilan jenazah pasien terkonfirmasi Covid-19 secara paksa oleh pihak keluarga.

"Setiap ada pasien yang relatif sudah risikonya tinggi maka ini perlu penegasan kepada keluarga untuk disampaikan sehingga mereka tidak gegabah mengambil alih jenazah, yang dampaknya akan timbul kasus baru," katanya.

Sebagaimana diketahui, bahwa faktor yang juga memperburuk seseorang terpapar Covid-19 adalah apabila yang bersangkutan memiliki penyakit penyerta lainnya seperti jantung, hipertensi, paru-paru akut dan sebagainya.

Pada kesempatan sama, Doni Monardo juga mengapresiasi Gugus Tugas Covid-19 Jatim atas kinerjanya dengan capaian pemeriksaan hingga 2.000 spesimen per hari.

Karena itulah, lanjut dia, yang kemudian menjadi salah satu faktor tingginya peningkatan angka kasus Covid-19 di wilayah Jatim dengan variasi rata-rata hingga 300 per hari. "Perlu diapresiasi karena telah melampaui 2.000 spesimen per hari, oleh karena itu wajar kalau setiap harinya bisa mendapatkan variasi hingga rata-rata 200-300 per hari," kata Doni.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement